HADIS-HADIS SALING MENGHORMATI DALAM KOMUNIKASI
Saling menghormati terdiri dari dua kata yaitu kata
saling dan kata
menghormati,
kata saling adalah kata untuk
menerangkan perbuatan yang berbalas-balasan. Menghormati terambil dari kata
hormat yang berarti menaruh hormat kepada, menghargai, menjunjung tinggi,
mengakui dan mentaati
.
Jadi saling menghormati dalam komunikasi adalah adanya saling menghargai,
saling menjunjung tinggi dan saling saling menaati aturan dalam berbagai aspek
komunikasi yang dilakukan manusia.
Manusia dalam kehidupannya selalu
berkomunikasi, tata cara dalam berkomunikasi atau etika dalam berkomunikasi
merupakan hal yang harus diperhatikan untuk menjalin hubungan yang harmonis baik
antar pribadi maupun dalam sebuah organisasi.
Etika komunikasi itu menggambarkan bagaimana tutur
bahasa yang sopan, nada bicara yang lembut dan bahkan mimik wajah yang ramah
ditunjukan kepada lawan bicara.
Maka berikut ini penulis mencoba menelusuri hadis-hadis terkait dengan saling
menghormati dalam berkomunikasi.
a) Tidak memotong
pembicaraan
Jika mengkritik gunakan bahasa yang lugas dan
santun, jangan sampai memotong pembicaraan yang sedang berlangsung, seorang
arab Badui pernah bertanya kepada rasul tentang hari kiamat, tetapi saat
itu rasul sedang berbicara dalam sebuah majelis. Pertanyaan dan sanggahan arab Badui
itu baru direspon nabi setelah selesai pembicaraan.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ سِنَانٍ قَالَ حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ ح و حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ
الْمُنْذِرِ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُلَيْحٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي
قَالَ حَدَّثَنِي هِلَالُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي
مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ
فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ فَقَالَ
بَعْضُ الْقَوْمِ سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ
لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنْ
السَّاعَةِ قَالَ هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِذَا ضُيِّعَتْ
الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا
وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
BUKHARI
- 57) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sinan berkata, telah
menceritakan kepada kami Fulaih. Dan telah diriwayatkan pula hadits serupa dari
jalan lain, yaitu Telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Al Mundzir berkata,
telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fulaih berkata, telah menceritakan
kepadaku bapakku berkata, telah menceritakan kepadaku Hilal bin Ali dari Atho'
bin Yasar dari Abu Hurairah berkata: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
berada dalam suatu majelis membicarakan suatu kaum, tiba-tiba datanglah seorang
Arab Badui lalu bertanya: "Kapan datangnya hari kiamat?" Namun Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam tetap melanjutkan pembicaraannya. Sementara itu
sebagian kaum ada yang berkata; "beliau mendengar perkataannya akan tetapi
beliau tidak menyukai apa yang dikatakannya itu, " dan ada pula sebagian
yang mengatakan; "bahwa beliau tidak mendengar perkataannya." Hingga
akhirnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyelesaikan pembicaraannya, seraya
berkata: "Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?" Orang
itu berkata: "saya wahai Rasulullah!". Maka Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Apabila sudah hilang amanah maka tunggulah terjadinya
kiamat". Orang itu bertanya: "Bagaimana hilangnya amanat itu?"
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab :"Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka akan
tunggulah terja dinya kiamat”
Di dalam Hadits ini Rasul mencontohkan etika dan adab menjawab
pertanyaan ketika proses pembelajaran dan pembahasan yang berbeda (diluar tema
Pembahasan). Orang badui bertanya kepada Rasul kapan kiamat, sedang Rasul
mengajarkan lain kepada para sahabatnya (Pembahasan yang lain). Maka Nabi tidak
memotong pelajarannya tetapi melanjutkan dan menyelesaikan sampai selesai
pelajarannya.
b) Membicarakan
kebaikan
حَدَّثَنِي عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
(BUKHARI - 5994) : Telah menceritakan kepada
kami Abdul Aziz bin Abdullah telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'd
dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa beriman
kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia berkata baik atau diam, dan
barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia menyakiti
tetangganya, dan barang siapa beriaman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya
ia memuliakan tamunya."
Hadis ini termasuk
jawami’ al
kalim karena perkataan itu kalau tidak baik pasti
jelek, atau bermuara kepada salah satunya, yang termasuk perkataan yang baik,
segala perkataan yang dianjurkan dalam syariat baik yang wajib atau pun yang
sunnah, sehingga perkataan jenis ini dengan segala bentuknya diperbolehkan.
Begitu pula semua perkataan yang mengarah kepada sesuatu yang buruk, seseorang
diperintahkan untuk diam.
Jika belum jelas atau atau bersifat mubah dianjurkan untuk ditinggalkan dan
disunnahkan menahan diri untuk mengatakannnya.
c) Tidak
tergesa dan mendahulukan yang lebih tua.
Dalam suatu pembicaraan Nabi pernah mengungkap
atau melempar pertanyaan “Sesungguhnya diantara pohon ada suatu
pohon yang tidak jatuh daunnya. Dan itu adalah perumpamaan bagi seorang muslim,
pohon apakah itu".
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ شَجَرَةً لَا يَسْقُطُ وَرَقُهَا
وَإِنَّهَا مَثَلُ الْمُسْلِمِ فَحَدِّثُونِي مَا هِيَ فَوَقَعَ النَّاسُ فِي
شَجَرِ الْبَوَادِي قَالَ عَبْدُ اللَّهِ وَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا
النَّخْلَةُ فَاسْتَحْيَيْتُ ثُمَّ قَالُوا حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَالَ هِيَ النَّخْلَةُ
(BUKHARI - 59) : Telah menceritakan kepada kami
Qutaibah bin Sa'id Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far dari
Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Sesungguhnya diantara pohon ada suatu pohon yang tidak
jatuh daunnya. Dan itu adalah perumpamaan bagi seorang muslim". Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Katakanlah kepadaku, pohon apakah
itu?" Maka para sahabat beranggapan bahwa yang dimaksud adalah pohon yang
berada di lembah. Abdullah berkata: "Aku berpikir dalam hati pohon itu
adalah pohon kurma, tapi aku malu mengungkapkannya. Kemudian para sahabat
bertanya: "Wahai Rasulullah, pohon apakah itu?" Beliau shallallahu
'alaihi wasallam menjawab: "Pohon kurma".
Jalur
sanad hadis ini satu yaitu Abdullah bin 'Umar bin Al Khaththab bin ufail-
"Abdullah bin Dinar, maula Ibnu 'Umar"-
Isma'il bin Ja'far bin Abi Katsir,
Qutaibah bin Sa'id bin Jamil bin Tharif bin 'Abdullah,
skema muttasil dan marfu’. Hadis penguat yaitu hadis Bukhari
nomor 60, 70, 128, 5028 Hadis Muslim
Nomor 5027, Hadis At Tirmidzi 2793,
Hadis Ahmad nomor 4371, 4627, 5023, 6179 Hadis Darimi 284.
d) Jangan
banyak bicara
Akan sulit bagi seseorang untuk mengontrol
perkataannya bila terlau banyak bicara (bicara berlebihan) karena tidak menutup
kemungkinan terselip kebohongan, menggunjing orang, mencaci dan menghina. Maka
ketika berkomunikasi dengan seseorang cukuplah yang penting dan seperlunya.
Dalam hadis ini disebutkan banyak bicara dapat mengeraskan hati.
.
حَدَّثَنَا أَبُو
عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي ثَلْجٍ الْبَغْدَادِيُّ صَاحِبُ أَحْمَدَ
بْنِ حَنْبَلٍ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حَاطِبٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُكْثِرُوا
الْكَلَامَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلَامِ بِغَيْرِ ذِكْرِ
اللَّهِ قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْ اللَّهِ الْقَلْبُ
الْقَاسِي حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي النَّضْرِ حَدَّثَنِي أَبُو
النَّضْرِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حَاطِبٍ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ نَحْوَهُ بِمَعْنَاهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ
لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
حَاطِبٍ
(TIRMIDZI - 2335) : Telah menceritakan
kepada kami Abu 'Abdillah Muhammad bin Abu Tsalj Al Baghdadi sahabat Ahmad bin
Hambal, telah menceritakan kepada kami 'Ali bin Hafsh telah menceritakan kepada
kami Ibrahim bin 'Abdillah bin Hatib dari Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar
berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Janganlah
kalian banyak bicara tanpa berdzikir kepada Allah, karena banyak bicara tanpa berdzikir
kepada Allah membuat hati menjadi keras, dan orang yang paling jauh dari Allah
adalah orang yang berhati keras." Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar
bin Abu An Nadlar telah menceritakan kepada kami Abu An Nadlar dari Ibrahim bin
Abdullah bin Hatib dari Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar dari Nabi Shallallahu
'alaihi wa Salam dengan hadits yang semakna. Abu Isa berkata: Hadits ini hasan
gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits Ibrahim bin Abdullah bin
Hatib.
e) Pemilihan
Kata/kalimat
Jika melakukan komunikasi hendaknya memilih
kata-kata yang baik dan tepat untuk diucapkan. Setiap ucapan yang diucapkan
tidak akan pernah kembali, pikirkan sebelum mengungkapkannya. Kata-kata yang santun sangat bermanfaat bagi
kemaslahatan umat dan lebih dicintai oleh Allah SWT.
َدَّثَنَا أَبُو
بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ عَلْقَمَةَ بْنِ وَقَّاصٍ
قَالَ مَرَّ بِهِ رَجُلٌ لَهُ شَرَفٌ فَقَالَ لَهُ عَلْقَمَةُ إِنَّ لَكَ رَحِمًا
وَإِنَّ لَكَ حَقًّا وَإِنِّي رَأَيْتُكَ تَدْخُلُ عَلَى هَؤُلَاءِ الْأُمَرَاءِ
وَتَتَكَلَّمُ عِنْدَهُمْ بِمَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَتَكَلَّمَ بِهِ وَإِنِّي
سَمِعْتُ بِلَالَ بْنَ الْحَارِثِ الْمُزَنِيَّ صَاحِبَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ
اللَّهِ مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ فَيَكْتُبُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَإِنَّ أَحَدَكُمْ
لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سُخْطِ اللَّهِ مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا
بَلَغَتْ فَيَكْتُبُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ بِهَا سُخْطَهُ إِلَى يَوْمِ
يَلْقَاهُ قَالَ عَلْقَمَةُ فَانْظُرْ وَيْحَكَ مَاذَا تَقُولُ وَمَاذَا تَكَلَّمُ
بِهِ فَرُبَّ كَلَامٍ قَدْ مَنَعَنِي أَنْ أَتَكَلَّمَ بِهِ مَا سَمِعْتُ مِنْ
بِلَالِ بْنِ الْحَارِثِ
(IBNU MAJAH
- 3959) : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin 'Amru telah menceritakan kepadaku Ayahku dari ayahnya 'Alqamah bin
Waqash dia berkata, "Seorang laki-laki bangsawan melintas di hadapannya, lalu
'Alqamah berkata kepadanya, 'Sesungguhnya kamu memiliki hubungan silaturrahim
dan hak, dan sungguh aku melihatmu mendatangi para pejabat lalu kamu berbicara
dengan apa yang telah Allah kehendaki dari pembicaraanmu. Sungguh, aku telah
mendengar Bilal bin Al Harits Al Muzani -seorang sahabat Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam- berkata, 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sungguh salah seorang dari kalian akan mengatakan suatu ucapan yang
diridlai oleh dan ia tidak mengira akan balasannya, lalu Allah 'azza wajalla
mencatatnya dalam keridlaan-Nya sampai Hari Kiamat. Dan sungguh, salah seorang
dari kalian akan mengucapkan suatu perkataan yang dimurkai oleh Allah dan ia
tidak mengira akan akibatnya, lalu Allah mencatat dalam kemurkaan-Nya hari
ketika bertemu dengan-Nya" Bilal bin Al Harits Al Muzni berkata,
"'Alqamah berkata, 'Berapa banyak perkataan yang saya tahan karena hadits
Bilal bin Al Harits tersebut'."
Jalur
sanad hadis 1 yaitu Bilal bin Al Harits,
Alqamah bin Waqash bin Mihshan, Amru bin 'Alqamah bin Waqash Muhammad bin 'Amru bin 'Alqamah bin
Waqash Muhammad bin Bisyir bin Al Furafashah, Abdullah bin Muhammad bin Abi
Syaibah Ibrahim bin 'Utsman, menurut Ahmad bin Hambal Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah Ibrahim bin 'Utsman
adalah shaduq tetapi Abu Hatim mentsiqahkannya. skema muttasil, kedudukan marfu’.